Banyaknya cabang dan metode berjualan merupakan tantangan besar bagi pendistribusian barang.

Bagaimana ketersediaan stok dapat tetap dalam kontrol di saat cabang offline maupun online semakin menjamur? Simak pengalaman ini.


Kondisi awal
  • Cabang toko offline berjumlah lebih dari 20, tersebar di 5 pulau dan puluhan kota.
  • Beragam jumlah stok pada tiap kota dengan kisaran 3000 - 20,000.
  • Tetapi, survey internal menyajikan data 25%-30% konsumen yang datang tidak mendapatkan barang yang diinginkan dengan warna/ukuran yang sesuai.
  • Memiliki aktivitas berjualan via sosial media dengan promosi digital yang sudah berjalan.

Arah Perubahan
Pembukaan ecommerce, 'cabang online' baru. Toko online milik sendiri, bukan sosial media, bukan marketplace. Meningkatkan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, terutama rencana mitigasi saat konsumen kehabisan barang

Proses
  • Tidak ada masalah bukan berarti tidak ada masalah. Kami tidak pernah merasa dalam zona nyaman. Begitu juga dalam bekerja bersama klien kami.
  • Mereka mengadakan survey internal, bertanya langsung kepada konsumen nya. Dari banyak jawaban yang dirangkum, ditemukan beberapa tantangan, salah satunya adalah ketersediaan stok yang cocok bagi konsumen. Kami tidak sedang berbicara trend, model terkini, atau selera pasar. Kami sedang berbicara fitur mendasar, seperti ukuran (S,M,L) yang harus sesuai untuk konsumen (contoh, tidak nyaman pakai baju terlalu kecil).
  • Selain itu juga, dengan berpromosi di media sosial, maka konsumen memiliki ekspektasi bahwa barang yang difoto di sosmed juga tersedia di toko. Sayangnya, banyak yang cukup kecewa.
  • Berangkat dari sana, diskusi kami menghasilkan pertanyaan, 'bagaimana jika cabang A dapat mengambil stok cabang B?'. Pada operasional offline, ongkos pengiriman menjadi kendala. Maka, solusi online mencuat.
  • Sebuah ecommerce dibangun. Konsumen dapat memilih barang yang diinginkan, lalu memilih dari cabang mana barang tsb dikirim.
  • Ecommerce ini memiliki stok seluruh cabang!
  • Tidak hanya solusi ini memecahkan masalah konsumen yang datang ke toko tapi kehabisan stok, bahkan juga membuat konsumen lebih nyaman belanja dari manapun dengan pilihan stok dan varian yang jauh lebih lengkap.
Hasil
  • SEBELUM : Datang ke toko → kehabisan stok → pulang
  • SESUDAH : Datang ke toko → kehabisan stok → pesan di kiosk/ecommerce → barang diantar ke rumah

Kesimpulan
Omnichannel (alias "banyak saluran") memecahkan masalah distribusi stok pada klien kami. Konsumen mendapatkan barang yang dicarinya, distribusi stok optimal, dan pengalaman belanja digital.

Klien kami berhasil menyatukan saluran penjualan di semua lini, offline-ke-offline, offline-ke-online. Manfaatnya dirasakan secara internal sampai ke kenyamanan konsumen.