Titip jual atau punya toko sendiri? Pada dunia online, begini bahasanya: marketplace atau ecommerce sendiri? Mari kita lihat perjalanan pengembangan bisnis online klien kami. Mengalami promosi marketplace, penjualan meningkat, melewati covid, sampai dengan 'fee' marketplace yang juga meningkat.

Kondisi awal
  • Toko offline sudah ada, banyak.
  • Aktivitas penjualan online sudah berjalan sebatas whatsapp, media sosial, dan marketplace.
  • Promosi dari marketplace semakin berkurang

Arah Perubahan
Membangun ecommerce website sendiri dengan keuntungan yang sudah dapat diantisipasi, di antaranya agar sistem omnichannel bisa berjalan, profit tetap terjaga dengan eliminasi 'fee' marketplace, dan dapat berdikari, mandiri, tidak 'hanya' titip jual.

Proses
  • Gencarnya promosi marketplace memang menggiurkan dan terbukti meningkatkan penjualan online klien kami. Tetapi, akhir-akhir ini promosi sudah berkurang dan titik keseimbangan ekonomi baru terjadi. Tentu, hal ini normal dan membuat kami berpikir untuk membuka opsi mandiri, tidak hanya bergantung pada titip jual.
  • Pembangunan ecommerce pun tidak mudah, baik secara keputusan bisnis maupun teknis IT. Hal seperti kesetaraan harga, kualitas foto, integrasi ke pembayaran & pengiriman, dan lain-lain menjadi pertimbangan serius.
Hasil
Sebuah website ecommerce yang dapat:
  • menghubungkan seluruh stok cabang offline
  • membuat nyaman konsumen belanja dimanapun
  • terintegrasi dengan pengiriman dimana konsumen dapat memilih dikirim dari cabang terdekat (ekspedisi pick-up pada cabang yang dipilih)
  • terintegrasi dengan pembayaran. Konsumen disediakan opsi cara bayar yang luas
  • mulai dikembangkan dan melengkapi aktivitas titip jual marketplace

Kesimpulan
Klien kami menjemput dan mengantisipasi kondisi bisnis yang rentan perubahan dengan memperlengkap saluran penjualannya. Secara online, yaitu marketplace dan ecommerce.

Keduanya memiliki keuntungan masing-masing. Tetapi, jika sudah punya toko sendiri, apakah Anda akan titip jual ke orang lain?